Infrastruktur Pendidikan Tahan Bencana Harus Dibangun Segera
Mengingat lokasi geografis Indonesia yang rentan terhadap bencana alam, pembangunan infrastruktur pendidikan yang tahan bencana harus menjadi prioritas utama pemerintah.
Sebagai contoh, pada 21 November 2022, gempa berkekuatan 5,6 M menghantam Cianjur, yang diikuti oleh ratusan gempa susulan dengan kekuatan yang lebih rendah.
Beberapa minggu kemudian, gempa berkekuatan 6,4 M kembali mengguncang Jawa Barat, khususnya daerah Garut. Ribuan orang harus melarikan diri ketika Gunung Semeru di Jawa Timur erupsi pada awal Desember.
Peneliti Nadia Fairuza dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menyatakan, “Berbagai kasus kerusakan bangunan sekolah di atas memperlihatkan bahwa ada persoalan serius dalam penanganan infrastruktur sekolah, baik dari segi kualitas bangunan hingga respon pemerintah dalam menangani bangunan sekolah yang rusak.”
Menurut penelitian dari
Menurut Nadia, belum ada strategi pemeliharaan gedung sekolah yang efisien yang disesuaikan dengan tingkat kerusakannya dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip ketahanan bencana. Menurutnya, jika gedung sekolah dipelihara secara teratur, biaya rehabilitasi akan lebih murah daripada membayar untuk gedung yang rusak parah.
Rusaknya gedung sekolah tidak hanya mengganggu proses pembelajaran dan prestasi akademik siswa, tetapi juga dapat menghalangi kemenagkabbekasi.com siswa dari fasilitas pendukung pendidikan seperti ruang kelas, sanitasi yang memadai, laboratorium, dan akses ke perangkat teknologi. Rusaknya gedung sekolah juga menempatkan keselamatan warga sekolah dalam bahaya.
Selain itu, kerusakan gedung sekolah dapat menyebabkan kegiatan belajar mengajar terganggu dan mencegah kehilangan pelajar, meningkatkan angka putus sekolah di tengah upaya pemulihan pasca pandemi pemerintah.
Karena keadaan geografis Indonesia yang rentan terhadap bencana alam, rehabilitasi bangunan sekolah yang merata sangat penting.
Sebelum itu, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) telah berulang kali mengingatkan bahwa, sebagai akibat dari peralihan ke musim penghujan, hampir semua provinsi di Indonesia dapat mengalami bencana seperti banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor.
Nadia mengatakan, “Mempertimbangkan kondisi geografis Indonesia, perlu adanya penekanan pada mekanisme pembangunan dan rehabilitasi sekolah yang berorientasi tahan bencana sebagai salah satu upaya mencapai pendidikan yang resilien.” Dia juga menambahkan bahwa pendataan yang baik tentang jumlah sekolah yang rusak dan tingkat keparahannya dapat menjadi langkah awal dalam rehabilitasi sekolah yang efektif.
Sangat penting untuk mempertimbangkan aspek pembangunan sekolah, seperti menggunakan bahan bangunan yang tahan bencana dan membangun sekolah dengan cara yang membuat siswa merasa aman dan nyaman. Selain itu, untuk meningkatkan kesadaran tentang kebencanaan, pelajar harus diberikan bahan-bahan yang sesuai dengan konteks lokal masing-masing daerah.
Sebaliknya, pemerintah harus memastikan bahwa pendidikan dapat terus berlangsung selama pemulihan bencana. Pembelajaran jarak jauh membutuhkan akses yang memadai ke layanan internet dan perangkat elektronik, sehingga penyesuaian kurikulum menjadi sangat penting untuk menyesuaikan diri dengan keadaan setelah bencana.
...